MUNDURNYA SRI MULYANI, KEMENANGAN BAGI GOLKAR (= ICAL BAKRIE)

Sri Mulyani dan Aburizal Bakrie

Jakarta 8 Mei 2010Konstelasi politik berubah drastis setelah politikus Senayan berhasil menekan pemerintah lewat kasus Bank Century, yang berujung pada pengunduran diri Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan. Perubahan ini terlihat dari diangkatnya Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menjadi Ketua Harian Sekretariat Gabungan Partai Koalisi.

Tak hanya dibenarkan oleh kalangan partai koalisi, kabar itu juga diumumkan oleh Aburizal sendiri. “Saya ditunjuk sebagai ketua harian forum koalisi,” kata Aburizal dengan mantap di hadapan para kader Golkar di Hotel Patra Jasa Semarang, Jawa Tengah, kemarin.

Perubahan konsep koalisi pun terjadi. Sementara sebelumnya partai koalisi pendukung pemerintah hanya bertugas mengamankan kebijakan pemerintah, dalam konsep baru ini partai koalisi diajak menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah. “Kami terlibat mulai dari perencanaannya,” kata Aburizal.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indria Samego, menilai pengangkatan Aburizal sebagai kompensasi yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keduanya berbagi kuasa. “Tujuannya agar partai koalisi tidak liar dan kabinet tidak diganggu terus,” ujar Indria kepada Tempo kemarin malam.

Menurut Indria, gaya kepemimpinan Yudhoyono yang menginginkan ketenangan telah mendorongnya untuk merangkul Aburizal dan merelakan Sri Mulyani mundur dari posisi Menteri Keuangan. “SBY menilai stabilitas politik lebih penting,” katanya. (Sumber: Tempointeraktif).

Ical dan SBY

Perang Terbuka Sri Mulyani vs Aburizal Bakrie


TEMPO Interaktif, Jakarta 11 Desember 2009Perang terbuka tengah terjadi antar pejabat negara. Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani saling tuding atas ‘dosamasing-masing, yang berujung pada penyelidikan kasus Bank Century.

Aburizal Bakrie tak senang kepada saya,” ungkap Sri Mulyani dalam wawancara dengan harian The Wall Street Journal, edisi Kamis (10/11/2009) lalu. “Saya tak berharap orang-orang di Golkar akan berlaku adil dan baik hati dengan saya selama penyidikan.”

Sri Mulyani menganggap penyelidikan yang akan dilakukan Panitia Hak Angket Bank Century Dewan Perwakilan Rakyat merupakan upaya mendiskreditkan dirinya. Apalagi panitia yang berisi para politikus itu diketuai anggota Dewan Fraksi Golkar, Idrus Marham.

Berangkat dari situlah Sri Mulyani merasa bahwa Bakrie akan menjatuhkan dirinya, melalui tangan Idrus Marham di Dewan. Namun anggapan itu dibantah Idrus. “Terlalu kecil Golkar kalau hanya memikirkan Sri Mulyani,” tandasnya.

Lalu timbullah pertanyaan tentang apa yang membuat Sri berpikiran negatif terhadap Bakrie. Setelah ditelusuri, melalui sumber Tempo, ada 4 ‘dosa’ Sri Mulyani di mata Bakrie.

Pertama, karena Sri meminta pencabutan penghentian sementara perdagangan saham PT Bumi Resources Tbk pada 7 Oktober 2008. Kedua, keputusan pencekalan terhadap sejumlah petinggi perusahaan batu bara Bakrie.

Lalu ‘dosa’ ketiga Sri Mulyani yang dituding Bakrie ialah semburan lumpur Lapindo dianggap akibat dari kesalahan manusia. “Sehingga semua dampak kerugian harus ditanggung Bakrie selaku pemilik Lapindo,” ujar sumber tersebut.

Penolakan Badan Pengawas Pasar Modal terhadap PT Energi Mega Persada, unit usaha Grup Bakrie yang juga pemilik Lapindo, untuk mengalihkan sahamnya ke pihak lain menambah besar kegusaran Aburizal Bakrie.

Terakhir, lanjut sumber itu, ialah penolakan Sri Mulyani atas keinginan Bakrie membeli 14 persen saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara. “Saat menjabat pelaksana tugas Menko Perekonomian, Sri Mulyani meminta agar seluruh saham divestasi Newmont dibeli oleh perusahaan negara.”

Meski begitu, ketika jabatan Menteri Koordinator Perekonomian berpindah ke Hatta Rajasa, melalui Multicapital akhirnya Bakrie bisa mendapatkan 75 persen dari 14 persen saham Newmont. Keinginan Bakrie terwujud walau tak sampai 100 persen.

Namun anggapan Sri Mulyani serta 4 kesimpulan sumber Tempo tersebut dibantah juru bicara Aburizal Bakrie, Lalu Mara Satria Wangsa. Menurut Lalu, tidak ada dendam pribadi dari Aburizal kepada Sri Mulyani dalam masalah bisnis.

Saat terpilih menjadi anggota kabinet periode 2004-2009, Aburizal telah jauh dari bisnis. “Tidak ada masalah, apalagi dendam pribadi,” ujar Lalu. (Sumber: Tempointeraktif).